Lhokseumawe, 25 November 2025 -Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP menyelenggarakan Kuliah Umum bertema "Tantangan dan Peluang Transformasi Era Digital 5.0 bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi" dengan menghadirkan Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si., Dekan FISIP UPN Veteran Jakarta, sebagai narasumber pada Selasa, 25 November 2025. Acara yang berlangsung di tengah hujan deras yang mengguyur Kota Lhokseumawe ini tetap dihadiri dengan antusias oleh civitas akademika FISIP.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Awaludin, M.Si., dalam sambutan pembukaannya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si atas kesediaannya berbagi ilmu dan pengalaman. "Kehadiran Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si, menjadi momentum berharga bagi mahasiswa untuk menambah keilmuan, terutama di tengah tantangan cuaca Lhokseumawe yang diguyur hujan tanpa henti. Ini menunjukkan komitmen bersama dalam mengembangkan pendidikan komunikasi," ujar Awaludin.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Taufik, M.A., yang mewakili Dekan FISIP dalam sambutannya menyatakan kegembiraan atas kedatangan narasumber yang sangat memberikan pencerahan kepada FISIP dan mahasiswa. "Kami sangat gembira dengan kedatangan Pak Bekti yang memberikan pencerahan kepada FISIP dan mahasiswa. Kuliah umum ini sangat relevan dengan kebutuhan mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam menghadapi dinamika era digital yang terus berkembang," ungkap Dr. Taufik.

(Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP menyelenggarakan Kuliah Umum bertema "Tantangan dan Peluang Transformasi Era Digital 5.0 bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi" dengan menghadirkan Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si., Dekan FISIP UPN Veteran Jakarta)
Dalam paparannya, Dr. S. Bekti Istiyanto, M.Si, mengupas tuntas berbagai persoalan global terkini yang dihadapi dunia, khususnya terkait perubahan besar akibat perkembangan teknologi komunikasi dan disrupsi informasi. Menurutnya, perkembangan perangkat digital telah menjadi alat penyambung hidup dengan segala kelebihan dan kekurangannya, termasuk munculnya aplikasi baru seperti AI dan ChatGPT dalam dunia pembelajaran. Kekuatan perangkat yang berjejaring telah mengubah masyarakat ke arah network society, yang pada gilirannya mengubah cara hidup manusia dalam bersosial, berbudaya, berpolitik, dan berekonomi.
Narasumber juga menyoroti berbagai tantangan yang sedang dialami di Indonesia, seperti kesenjangan tingkat literasi media yang masih tergolong rendah, yang berakibat pada massifnya informasi yang sering tidak valid kebenarannya di tengah perkembangan teknologi informasi dan media sosial yang luar biasa. Selain itu, isu etika dan privasi, termasuk maraknya kemunculan perilaku menyimpang dalam bermedia, menjadi perhatian serius yang perlu diantisipasi oleh generasi muda, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi.
Dr. Bekti menjelaskan konsep Era Society 5.0 sebagai sebuah visi masyarakat masa depan yang berpusat pada manusia (human-centric) dan berbasis teknologi. "Bukan lagi tentang teknologi untuk teknologi, tetapi teknologi untuk memudahkan hidup manusia," tegas Dr. Bekti. Menurutnya, Era Society 5.0 adalah visi di mana teknologi menjadi pelayan yang tidak terlihat yang bekerja di belakang layar untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, nyaman, dan berkelanjutan melalui kolaborasi antara manusia, data, dan mesin.
Terkait dengan kesiapan mahasiswa Ilmu Komunikasi, narasumber menekankan pentingnya penguasaan hard skills dan soft skills secara berimbang. Hard skills yang perlu dikuasai meliputi kemampuan bilingual atau multilingual, digital marketing, content writing dan copywriting, video editing, desain grafis, analisis data, web dan app development, UI/UX design, hingga bahasa pemrograman. Sementara soft skills yang tidak kalah penting mencakup berpikir kritis dan kreatif, kecerdasan emosional, kolaborasi dan kerja sama tim, public speaking, kepemimpinan, adaptabilitas, problem solving, serta networking.
Dr. Bekti menyampaikan bahwa kompetensi-kompetensi tersebut dapat dihasilkan melalui kurikulum yang memiliki keunikan (uniqueness) dari program studi sejenis, maupun melalui pembelajaran mandiri atau terstruktur di luar kelas mahasiswa. "Mahasiswa Ilmu Komunikasi harus memiliki kompetensi spesifik agar saat lulus dapat masuk dunia kerja dengan cepat dan memiliki daya saing tinggi serta penghasilan yang memadai," pungkas Dr. Bekti.
Kuliah umum yang berlangsung interaktif ini ditutup dengan sesi diskusi yang membahas tentang tuntutan luaran pembelajaran yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) kekinian, serta bagaimana kurikulum dapat disesuaikan agar kompatibel dengan kebutuhan tersebut sesuai perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan terbaru. Kegiatan ini diharapkan memberikan wawasan dan inspirasi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di era transformasi digital 5.0.

